Kisah Macan dan Tiga Pemburu

Seekor macan tampak sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang menghindari panas matahari yang terik. Tak jauh dari tempat itu, tiga orang pemburu mengamati sang macan. Salah seorang dari pemburu berkata kepada teman-temannya, "Teman saya dari desa tetangga pernah diterkam macan. Lebih baik kita membunuh macan itu atau kita juga akan bernasib sama dengan teman saya itu. Dengan begitu kita akan merasa lebih aman berburu rusa di tempat ini."

Dengan serta-merta ketiga pemburu melemparkan tombak ke arah sang macan. Sang macan terkejut dan melompat menghindari tombak-tombak itu. Karena tak berhasil melempari macan dengan tombak, ketiga pemburu melempari sang macan dengan batu-batu yang ada di sekitar mereka. Sang macan mengaum dan menyerang ketiga pemburu.

Beberapa saat kemudian, sang macan pun pergi meninggalkan ketiga pemburu yang sudah tak bernyawa lagi.

Aziz dan Laila

Aziz sedang terlibat percakapan dengan Laila. Menjelang akhir perbincangan, Aziz bertutur kepada Laila, "Tidak bisakah engkau melihat? Aku adalah pria yang gagah. Tubuhku berotot, dan tak ada satu pun yang mampu menandingi kecepatanku dalam perlombaan lari. Tidakkah engkau ingin menikah dengan pria seperti aku?" Laila hanya menjawab dengan santai, "Tidak bisakah engkau melihat? Engkau adalah seekor kuda sedangkan aku adalah seekor unta."

Sedikit demi Sedikit, Lama-Lama menjadi Bukit

Setelah diangkat menjadi raja, setiap minggu Sang Raja selalu berkeliling melihat-lihat daerah kekuasaan kerajaannya menggunakan kereta kencana yang indah. Setiap melihat ada pedagang kecil yang mengganggu pandangan matanya, Sang Raja selalu memerintahkan pengawal untuk melarang si pedagang untuk berdagang dan menyita barang dagangannya. Rata-rata setiap minggu ada tujuh orang pedagang kecil yang disita barang dagangannya. 28 tahun kemudian, 10.227 rakyat kecil datang menyerbu istana Sang Raja, dan menyeret paksa Sang Raja menuju tiang gantungan.

Orang-Orang Asing

Joni adalah seorang anak yang tinggal di Negara Penjahat. Suatu hari dia takjub melihat sekelompok orang yang suka tersenyum, suka menyingkirkan paku di jalan, dan suka menolong orang yang kesusahan. Joni penasaran, lalu pulang ke rumah dan menanyakan perihal orang-orang itu kepada ayahnya. Ayahnya terkejut dan menjawab, "Hati-hati! Jangan dekati orang-orang itu! Mereka adalah orang-orang radikal!"